(sc : vejwan.blogspot.com)
Tampilan Suroboyo Bus
H+4
lebaran, unjung-unjung (silaturahim) dengan keluarga, tetangga, hingga sanak
saudara telah keluargaku lakukan sebagaimana tradisi yang dilakukan keluarga lain di Indonesia yang merayakan
Hari Raya Idul Fitri. Pada hari itu aku,
adik dan sepupuku duduk leyeh-leyeh (santai
dalam bahasa Jawa) di
ruang keluarga. Kami sibuk dengan gadget masing-masing, ya beginilah fakta saat
ini banyak dijumpai perkumpulan dengan teman bahkan dengan kerabat tidak jauh
dari gadget atau
HP. Aku pun teringat sejak satu bulan yang lalu telah mengikuti info sosial media milik
Dinas Perhubungan Kota Surabaya yaitu @dishubsurabaya. Semenjak Dinas
Perhubungan Kota Surabaya mengumumkan akan mengoperasikan bis umum canggih, aku selalu mengikuti
postingan tersebut
karena ini merupakan salah satu obsesiku ingin dapat merasakan menggunakan bis
seperti ini di sekitar tempat tinggalku. Obsesi ini muncul karena hobiku
menonton drama Korea, di mana selalu ada setting cerita yang berada di
dalam bis setiap menonton aku selalu
berharap semoga suatu saat bisa
menaiki bis ada bis umum yang seperti ini dan mudah
dijangkau. Finally, Suroboyo Bus muncul. Kembali
pada gadget, aku menunjukkan foto suroboyo bus pada sepupu dan adik-adik
aku.
"Lihat,
keren gak? Ayo naik ini keliling Surabaya", ajakku
"Mbak
bayarin ya", pinta Radit adikku
"Gampang,
gak perlu bayar. Ini GRATIIISSS!", aku meyakinkan mereka hingga mereka
tampak kaget tanda tidak percaya.
"Kita
cuma perlu bayar pakai kemasan bekas
air munim plastik", jawabku pada mereka.
“Masa
sih mbak??? Ojo guyon” sepupuku tampaknya kurang percaya.
“Beneran”
Aku pun menegaskan.
Sore
itu pun aku mengerahkan
saudara-saudaraku untuk mengumpulkan sampah bekas kemasan air minum. Untungnya
keluargaku termasuk keluarga yang peduli terhadap lingkungan, kami sudah
terbiasa memisahkan sampah kemasan air minum ataupun sejenis botol-botol dan
kardus-kardus untuk dijual kembali. Kami pun tidak kesulitan mencari sampah
bekas kemasan air minum yang akan kami gunakan untuk menaiki Suroboyo Bus
nanti. Kami hanya perlu mengelompokkan jenis kemasan plastik dan menghitungnya
untuk memudahkan saat penukaran tiket Suroboyo Bus. Aku sudah sangat menantikan
kegiatan ini, hingga
aku telah mendapat informasi cara penukaran tiketnya di Bank Sampah melalui Youtube
sampai-sampai agar tidak salah informasi aku mengunduh videonya agar bisa
ditonton secara offline. Betapa excited-nya diriku. Adapun jumlah
kemasan minumannya
yaitu 10 gelas plastik, 5 botot ukuran tanggung, dan 3 botol ukuran besar. Masing-masing
untuk mendapatkan 1 tiket sekali jalan. Kami mengumpulkan sebanyak mungkin
kemasan minuman bekasnya agar cukup digunakan saat melakukan perjalanan dengan
Suroboyo Bus.
Keesokan
harinya, setelah aku dan saudara-saudaraku sarapan sekitar pukul 08.00,
kami berangkat, kami berbagi tugas
membawa kemasan minuman bekas yang telah kami kumpulkan. Meskipun sedikit
merepotkan tapi kami menikmati perjalanan ini. Rumahku tidaklah berada
dikawasan yang dilewati Suroboyo Bus. Rumahku di Desa Gilang, Kecamatan Taman,
Kabupaten Sidoarjo jadi, untuk dapat merasakan menaiki Suroboyo Bus kami
menaiki angkot atau di wilayah Surabaya dan Sidoarjo biasa disebut Lyn atau bemo. Hari ini merupakan
hari di mana kami benar-banar menggunkan kendaraan umum. Padahal kami biasanya
pergi ke Surabaya menggunakan sepeda motor seperti orang-orang pada umumnya.
Kami jalan kaku telebih dahulu
sejauh ±700 meter untuk bisa
menaiki Lyn. Lyn yang kami naiki adalah Lyn HN yaitu jurusan Krian – Waru tentu
saja tujuan kami adalah Terminal Purabaya yang berada di Waru, di situlah berdasarkan
info dari instagram Dinas Perhubungan Kota Surabaya (@dishubsurabaya) dan partnernya
@suroboyobus adalah tempat
pemberangkatan awal Suroboyo Bus
(selain dari Terminal Rajawali) dan juga terdapat Bank Sampah tempat penukaran
sampah kemasan minuman degan tiket.
Aku lagi-lagi mengerahkan saudaraku
untuk antri menukarkan barang bekas air munum dengan tiket Suroboyo Bus.
Petugas Bank Sampah memeriksa dan menghitung jumlahnya. Berdasarkan banyaknya
barang bekas yang kami bawa kami mendapatkan tiket Suroboyo Bus dalam bentuk
stiker sejumlah 8 buah. Petugas juga meminta KTP dalah satu dari kami untuk
didata. Aku pun memberikan KTP ku, tak lama kemudian petugas mengembalikannya
dan kami masuk ke dalam bis.
(sc : doc pribadi)
Kartu Setor Sampah Tempat TIket Stiker Suroboyo Bus
Ku
kira bis akan penuh karena mengingat saat itu adalah libur Hari Raya. Saat petama masuk
bis kesan pertamaku bisnya nyaman banget keadaan di dalam bis bersih, semoga
seterusnya bis maupun kendaraan umum lainnya bisa terjaga kebersihannya. Di
dalam bis terdapat kriteria tempat duduk, yang berwarna merah muda untuk wanita
dan anak-anak, merah untuk lansia, oren untuk umum, di sana terdapat area untuk
penumpang disabilitas juga, fix sarana
prasarana Suroboyo Bus lengkap. Petugas Suroboyo Bus
juga ramah, karena ini pertama kaliku menaiki Suroboyo Bus aku bertanya tentang
rute yang di lewati dan cara pembayaran jika tiket habis. Petugas dengan ramah
menjawab semua pertanyaanku dan aku puas dengan jawabannya. Saat bis mulai
berjalan, perjalanan terasa nyaman karena ada AC yang sejuk. Supir Suroboyo Bus
juga mengendarai bis dengan baik tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat.
Saat mendekati halte yang akan dituju terdapat pemberitahuan nama halte
tersebut, dan saat tiba di halte pemberitahuan
tersebut berbunyi kembali.
(sc : doc pribadi)
Kartu setelah dilubangi oleh petugas
Petugas memeriksa tiketku. Aku dan saudara ku berlima
sehingga tiket kami ditandai dengan cara dilubangi pada 5 stiker kami dan sisa
tiket kami tinggal 3. Kami awalnya hanya berkeliling Surabaya dengan Suroboyo Bus
ini, karena jika kami berhenti dan kembali menaiki Suoboyo Bus kami harus
menambah tiket atau membawa barang bekas lagi. Namun, akhirnya kami pun memutuskan
untuk mengunjungi Tugu Pahlawan. Kami turun di halte Tugu Pahlawan yang
terletak di depan Bank Mandiri KCP Pahlawan. Agar kami bisa menaiki Suroboyo
Bus lagi, kami mengumpulkan bekas kemasan air minum saat berjalan-jalan
mengelilingi Tugu Pahlawan. Kami tak menghiraukan saat ada orang yang melihat
kami. Kami menikmati liburan kami dan ini juga menjadi edukasi untuk saudaraku
yang masih usia anak-anak agar sedini mungkin mereka peduli pada lingkungan.
Dengan inovasi pembayaran Suroboyo Bus menggunakan barang bekas ini juga dapat menyadarkan
masyarakat bahwa barang bekas benar-benar dapat dimanfaatkan. Semoga cara
pembayaran ini berlaku seterusnya dan Suroboyo Bus bisa berkembang hingga
bekerjasama dengan dishub kota/ kabupaten di sekitarnya seperti Sidoarjo,
Mojokerto, dan Gresik.
(sc : doc pribadi)
Kami saat di dalam Suroboyo Bus