Konferensi Se Dunia Ke-3 Psikologi, Bimbingan
dan Konseling (WCPCG-2012)
Efektifitas
Strategi Metakognitif pada Keterampilan Membaca Siswa Tunarungu
Parisa Tajalli, Samaneh Satari
Faculty of psychology and social
science, Central Tehran Branch, Islamic Azad University, Tehran, Iran
b
Central Tehran Branch, Islamic Azad University, Tehran, Iran
1.
Pendahuluan
Gangguan
fungsi koordinasi dapat mengakibatkan gangguan perkembangan kepribadian mulai
dari gangguan penglihatan maupun secara khusus gangguan pendengaran. Pada
indera pendengaran yang merupakan fungsi utama sebagai penerima informasi bunyi
yang mempengaruhi perkembangan berbicara. Tunarungu merupakan istilah untuk
segala gangguan pendengaran yang berdampak pada perkembangan berbahasa
seseorang.
Mayoritas
anak tunarungu memiliki kemampuan membaca yang buruk. Traxler (2000) menyatakan
bahwa rata-rata anak tunarungu usia 17 tahun atau SMA kemampuan membacanya seperti tingkat kelas 4 SD. Mengingat
pentingnya membaca pada individu, maka pada saat belajar membaca harus
menyenangkan dan sukses. Namun, hal ini belum terjadi pada anak tunarungu.
Faktanya bahwa mayoritas tunarungu menyelesaikan pendidikan mereka tanpa bisa
membaca dengan baik. Kurangnya pengembangan keterampilan keaksaraan merupakan
salah satu faktor utama di balik kebutuhan tunarungu untuk mengumpulkan
tunjangan jaminan sosial kecacatan pada tahun 2004, situasi ini berpengaruh
negatif terhadap kualitas individu tunarungu.
Kemampuan membaca kini lebih penting dari sebelumnya. Hal ini penting untuk
dicapai di sekolah, menjadi warga negara yang informatif. Telah dilaporkan
bahwa orang yang banyak membaca cenderung lebih pintar dari rekan-rekan mereka
yang tidak banyak membaca; dan orang
yang membaca dengan baik lebih sehat daripada orang-orang dengan kemampuan
membaca yang rendah (Luckner, Handley, 2008). Membaca adalah keterampilan
mendasar untuk memperoleh informasi. Anak-anak dan orang dewasa yang
memiliki keterbatasan kemampuan membaca akan mengalami kesulitan banyak dalam
bidang kehidupan mereka.
Untuk meningkatkan kemampuan membaca secara efektif, itu cukup signifikan
untuk memahami proses membaca. Membaca tidak hanya antara pembaca dan
teks. Karena membaca berhubungan dengan luar struktur kognitif, struktur
metakognitif dapat menjelaskan proses membaca lebih baik. Menurut Larkin,
(2009) metakognisi memiliki pengaruh paling besar untuk mengajar membaca untuk
anak-anak (Temur et al, 2010).
Metakognisi memiliki tiga fungsi; kesadaran, evaluasi dan
regulasi. Kesadaran metakognitif mencakup pengetahuan tentang proses
mental. Kesadaran metakognitif juga mengacu pada jumlah pengetahuan
memperoleh keterampilan yang terus berkembang. Evaluasi metakognitif
menyiratkan prosedur pemikiran, kekurangan dan kemampuan individu. Ketika
individu menggunakan keterampilan metakognitif mereka secara langsung untuk
pengetahuan dan pemikiran, strategi, termasuk bagaimana dan mengapa mereka
menggunakan strategi tertentu. Menurut Borkowski, (1992) untuk memilih
pendekatan yang tepat dan layak untuk pemecahan masalah. Siswa perlu
diinstruksikan tentang bagaimana mengembangkan keterampilan regulasi diri yang
memungkinkan mereka untuk menganalisa dan ukuran tugas-tugas mereka.
Siswa yang mampu menggunakan diri regulasi diharapkan untuk memonitor
pembelajaran mereka (Temur et al, 2010). Program membaca timbal balik dari guru
terlibat pemodelan prinsip-prinsip kunci dari meninjau atau meringkas, mempertanyakan,
menjelaskan dan memprediksi dalam rangka untuk membantu pemahaman teks. Guru
dan siswa bergiliran untuk memimpin
dialog dan guru memberi dukungan dan secara bertahap memberi kesempatan kepada
siswa agar mereka menjadi lebih percaya diri. Metode ini dilihat membaca
sebagai proses konstruktif yang melibatkan pemantauan dan pengoreksian diri,
serta kontrol pengolahan kognitif. Pengajaran timbal balik itu terutama
ditujukan pada pembaca yang sudah bisa membaca sandi tetapi memiliki masalah
dengan pemahaman (Larkin, 2010).
Pembaca aktif mencoba untuk memahami peristiwa dan hubungan mereka satu
sama lain, sehingga mereka tahu dan memahami apa yang telah mereka
baca. Sementara pembaca pasif cenderung berfokus pada beberapa detail
selama proses membaca, sehingga mereka kehilangan arti seluruh bacaan (Gourgey,
1998; Temur et al, 2010). Penelitian tentang pembaca pasif telah
menunjukkan bahwa anak-anak yang mengalami kesulitan dengan mengenal kata juga
menunjukkan diri sulit memonitor dan kontrol keterampilan (Armbruster &
Brown, 1984). Penelitian lain menunjukkan bahwa kesulitan ini diperparah
oleh kurangnya pengetahuan tentang strategi membaca, dan ketidakmampuan untuk
memilih strategi dan ketidakmampuan untuk memantau penggunaan strategi. Hal ini
sangat sulit untuk memotivasi diri sendiri untuk bertahan dengan banyak pembelajaran
yang sudah diusahakan apalagi jika bahan yang disajikan juga tidak menarik.
2. Metode
2.1.Sampel
Sampel terdiri dari
siswa tunarungu , berusia 9 – 10 tahun dan ditugaskan secara acak untuk
kelompok eksperimen dan kontrol.
2.2.Tujuan
Tujuan penelitian ini
adalah menguji pengaruh instruksi kombinasi dua metode diri dan mengajar secara
timbal balik pada keterampilan membaca siswa tunarungu.
2.3.Pengukuran
Tes Membaca
Kiadarbandasari (2007) digunakan untuk menilai kemampuan membaca sambil membaca
akademis
2.4.Prosedur
Penelitian ini dilakukan
selama semester kedua tahun 2010 di salah satu SD Tunarungu di
Teheran. Karena desain penelitian adalah kelompok acak pretest-posttest; pada
awal penelitian, kedua kelompok menjawab dengan kemampuan membaca
(pre-test). Kemudian, program pengajaran metakognitif strategi diberikan
hanya untuk kelompok eksperimen (8 sesi, masing-masing 45 menit). Pada
akhir penelitian kedua kelompok menjawab dalam tes kemampuan membaca
(post-test).
2.5.Analisis Data
T-test digunakan untuk
menilai peningkatan keterampilan membaca siswa.
Tabel 1. T-test perbandingan Kelompok Eksperimental
dan kontrol
Kelompok Eksperimen
|
Kelompok Kontrol
|
T
|
df
|
sig
|
||
M
|
SD
|
M
|
SD
|
|||
-2,5
|
2.12
|
-0,4
|
1.42
|
2,5
|
8
|
0,05
|
3. Hasil
Berdasarkan tabel, menunjukkan bahwa keterampilan
membaca secara signifikan lebih tinggi dari kelompok kontrol. Berarti ada
perbedaan signifikan antara kelompok eksperimental dan kontrol dalam hal kemampuan
membaca; setelah pemberian program metakognisi.
4. Kesimpulan dan Rekomendasi
Kesimpulannya, penelitian ini menyoroti pentingnya
belajar strategi metakognisi; monitoring diri dan timbal balik untuk
meningkatkan kemampuan membaca siswa tunarungu. Efektivitas strategi
metakognitif untuk meningkatkan kemampuan membaca (Larkin, 2010 ;; Temur, 2010;
Yin & Agnes, 2001; Meister, 1994) mengajar strategi metakognitif untuk
siswa SD Tunarungu akan berguna.
Jurnal asli tersedia di : ScienceDirect