PENGARUH PENGGUNAAN BIG BOOK TERHADAP PERKEMBANGAN MEMBACA NYARING PADA KEGIATAN LITERASI SISWA
TUNARUNGU KELAS 3 SDLB KARYA MULIA SURABAYA
PROPOSAL PENELITIAN
Oleh
FALACHAINI
ANITYA PUTRI
NIM 14010044021
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
FAKULTAS
ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN
PENDIDIKAN LUAR BIASA
2017
Halaman Persetujuan
Usulan Penelitian oleh : Falachaini Anitya Putri
NIM : 14010044021
Judul : Pengaruh Penggunaan Big Book Terhadap
Perkembangan Membaca Nyaring pada
Kegiatan
Literasi Siswa Tunarungu Kelas 3 SDLB Karya
Mulia Surabaya
ini telah disetujui dan
dinyatakan memenuhi syarat untuk diseminarkan.
Surabaya, 01 Juli 2017
Pembimbing,
(Dr. Yuliati, M. Pd )
NIP. 195707121983032013
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pada dasarnya kegiatan
literasi merupakan kegiatan yang berhubungan dengan membaca dan menulis. Setelah
dilaksanakannya Deklarasi Praha pada Tahun 2003 pengertian tentang literasi
semakin luas tidak hanya mengenai baca dan tulis. “Literasi juga mencakup
bagaimana seseorang berkomunikasi dalam masyarakat. Literasi juga bermakna
praktik dan hubungan sosial yang terkait dengan pengetahuan, bahasa, dan
budaya” (UNESCO, 2003). Secara sederhana literasi dapat diartikan sebagai cara peserta
didik mengakses, memahami, dan menggunakan informasi yang berada di sekitarnya
untuk mengatasi berbagai permasalahan hidupnya.
Berdasarkan hasil
survei internasional (PIRLS 2011, PISA 2009 & 2012) yang mengukur
keterampilan membaca peserta didik, Indonesia menduduki peringkat bawah. Fakta
tersebut memanglah benar, kegiatan membaca anak-anak Indonesia masih sangat
minim terlebih lagi di era yang telah modern saat ini. Untuk mengatasi masalah
tersebut pemerintah membuat Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor
23 Tahun 2015, yaitu dengan mengembangkan Gerakan Literasi Sekolah (GSL). Salah
satu kegiatannya yaitu membaca buku non pelajaran selama 15 menit sebelum
kegiatan pembelajaran. Kegiatan ini dilaksanakan untuk menumbuhkan minat baca
peserta didik serta meningkatkan keterampilan membaca agar pengetahuan dapat
dikuasai secara lebih baik. Materi baca berisi nilai-nilai budi pekerti, berupa
kearifan lokal, nasional, dan global yang disampaikan sesuai tahap perkembangan
peserta didik.
GLS ini merupakan
terobosan yang melibatkan semua pihak yang berkepentingan dalam bidang
pendidikan, mulai dari tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota, kepala sekolah,
guru, pustakawan, orang tua, serta masyarakat di sekitas peserta didik. Guru
memiliki peran penting dalam memotivasi peserta didik untuk belajar, sehingga
dalam melaksanakan pembelajaran, guru harus menggunakan pendekatan yang
komprehensif serta progresif agar guru bisa memotivasi rasa ingin tahu peserta
didik dan memicu mereka untuk berpikir kritis. Dalam pengembangan pembelajaran
ini, guru harus mampu memilih dan memanfaatkan bahan ajar yang ada secermat
mungkin. Guru harus mendorong peserta didik untuk membaca buku-buku yang
berkualitas, karena membaca sejalan dengan proses berpikir kritis yang
memungkinkan peserta didik untuk menjadi kreatif dan berdaya cipta. (Sri Renani
: 2016)
Upaya yang ditempuh
untuk mewujudkannya adalah dengan langkah awal berupa pembiasaan membaca
peserta didik. Pembiasaan ini dilakukan selama 15 menit dengan membaca
(nyaring, dalam hati, terpandu, dsb., yang disesuaikan dengan konteks atau
target sekolah). Ketika pembiasaan membaca terbentuk, selanjutnya akan
diarahkan ke tahap pengembangan, dan pembelajaran (ada tagihan berdasarkan
Kurikulum 2013). Variasi kegiatan dapat berupa perpaduan pengembangan keterampilan
reseptif maupun produktif.
Gerakan Literasi
Sekolah untuk peserta didik berkebutuhan khusus di SLB pada dasarnya harus
mengembangkan keterampilan berbahasa yang meliputi keterampilan menyimak,
berbicara,membaca, dan menulis. Oleh sebab itu, implementasi gerakan literasi
di SLB harus mengembangkan keempat keterampilan tersebut pada setiap aktivitas
pembelajaran dan disesuaikan dengan hambatan yang dialami oleh peserta didik. Salah
satunya yaitu pada siswa tunarungu, siswa tunarungu mngalami gangguan pendengaran
sehingga komunikasi mereka terhambat. Karena memiliki hambatan auditif maka
informasi yang lebih mudah mereka terima yaitu secara visual. Sehingga dalam kegiatan literasinya dapat
diperbanyak informasi berupa teks dan gambar yang jelas.
Agar pelaksanaan
gerakan literasi di sekolah berjalan dengan baik harus ditunjang oleh
ketersediaan sarana dan prasarana yang mendukung komponen penting yang terkait
dengan literasi di sekolah. Secara umum, sarana dan prasarana yang harus ada di
sekolah adalah ruangan perpustakaan yang memiliki jadwal rutin dan memiliki
aksesibilitas yang baik; adanya Majalah Dinding; dan terdapat pojok baca di
kelas. Namun pada SLB sarana dan prasarana kegitan literasi tidak cukup hanya
hal-hal tersebut saja dan harus disesuaikan dengan keadaan siswa berkebutuhan
khusus salah satu saran yang dapat digunakan yaitu Big Book yang biasanya diterapkan kepada pembelajaran literasi
siswa reguler saja. Karena siswa tunarungu hanya mengalami gangguan pendengaran
dan tanpa ada hambatan intelektual maka dalam pembelajran literasi siswa
tunarungu dapat ditunjang dengan menggunakan Big Book dengan membacanya secara nyaring guna melatih kemampuan
komunikasi oralnya.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, rumusan
masalah yang diperoleh yaitu :
1.
Bagaimana
penggunaan Big Book dalam kegiatan
literasi siswa tunarungu?
2.
Bagaimana
pengaruh penggunaan Big Book pada
keterampilan membaca nyaring siswa tunarungu?
C.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari peneilitian ini adalah sebagai
berikut :
1.
Untuk menganalisis
pengaruh penggunaan big book dalam
kegiatan membaca nyaring siswa tunarungu.
2.
Untuk
meningkatkan kemampuan komunikasi oral siswa tunarungu.
3.
Unuk
meningkatkan kegiatan literasi siswa tunarungu se dini mungkin.
D.
Manfaat Penelitian
Adapun
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1.
Secara teoritis,
diharapkan penelitian ini dapat menambah wawasan peneliti terhadap penelitian.
2.
Secara praktis,
diharapkan penelitian ini dapat memberikan masukan kepada pihak– pihak yang
terkait.
3.
Secara akademis,
diharapkan penelitian ini dapat menambah sumber bacaaan di lingkungan Jurusan
Luar Biasa FIP UNESA.
KAJIAN PUSTAKA
Setiap melakukan
penelitian, diperlukan kejelasan titik tolak atau landasan berfikir dalam
memecahkan atau menyoroti masalahnya. Untuk itu, perlu disusun kerangka teori
yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah
penelitian akan disoroti (Hadari Nawawi, 1995). Fungsi teori dalam sebuah riset
atau penelitian adalah membantu peneliti menerangkan fenomena sosial atau
fenomena yang alami yang menjadi pusat perhatiannya. Teori adalah himpunan
konstruk (konsep), defenisi, dan proposisi yang mengemukakan pandangan
sistematis tentang gejala tersebut (Krisyantono, 2006:43). Adapun teori yang
dianggap relevan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
A.
Literasi di SLB
Sebelum
mengimplementasikan literasi di sekolah, terlebih dahulu sekolah tersebut telah
menyusun susunan organisasi tim literasi sekolahyang berisi warga sekolah dan
berhubungan dengan masyarakat, pemangku pendidikan hingga pemerintah. Setelah
itu ditentukan pula sasaran dan tujuan program literasi yang kemudian disosialisasikan
kepada warga sekolah beserta orang tua atau wali murid.
Adapun tujuan umum
program pelaksanaan literasi di SLB adalah menjadikan sekolah sabagai
organisasi pembelajaran (learning organization) yang mampu mempraktikkan kegiatan-kegiatan
pengelolaan pengetahuan (knowledge management) agar warga sekolah dapat menjadi
individu pembelajar yang mampu belajar sepanjang hayat dan berkolaborasi dalam
perkembangan peradaban dunia sesuai dengan arah kompetensi abad ke 21.
Implementasi literasi
di satuan pendidikan SDLB pada dasarnya mengembangkan kemampuan berbahasa tingkat
dasar bagi peserta didik yang berasal dari TKLB. Bagi peserta didik yang
langsung masuk ke SDLB tanpa melalui TKLB dan belum memiliki kemampuan
berbahasa tingkat usia dini, maka harus diberikan keterampilan berbahasa
tingkat usia dini sebelum melanjutkan ke tingkat dasar. Proses implementasi
literasi di SDLB disesuaikan dengan kemampuan intelektual dan hambatan yang
dialami, baik bagi yang peserta didik yang berasal dari TKLB ataupun yang
langsung ke SDLB.
B.
Literasi Siswa
Tunarungu
Peserta didik dengan hambatan pendengaran yang tidak
disertai hambatan intelektual memiliki kemampuan yang sama dengan anak normal
dalam melakukan aktivitas yang sifatnya rasional selama proses aktivitas tersebut
dapat diamati secara visual. Peserta didik dengan hambatan pendengaran yang
disertai dengan hambatan intelektual dalam melaksanakan aktivitas literasi
mengikuti pola
peserta didik dengan hambatan intelektual.
Sarana dan prasarana literasi di SDLB Tunarungu
1)
Benda
asli/miniatur benda 3 dimensi
2)
Buku-buku cerita
bergambar
3)
CD audio video
4)
Alat bantu
dengar (grup atau individu)
5)
Tape recorder
6)
Flashdisk
7)
Kertas tulis
8)
Papan pajangan
9)
Pojok Bacaan
atau rak yang berisi buku buku bacaan yang menyenangkan bagi peserta didik.
C.
Big book
Buku besar (big book)
adalah buku bacaan yang memiliki ukuran, tulisan, dan gambar yang besar. Big
book berkarakteristik khusus yang dibesarkan, baik teks maupun gambarnya,
sehingga memungkinkan terjadinya kegiatan membaca bersama antara guru dan
murid. Ukuran big book bisa beragam, misalnya ukuran A3, A4, A5, atau seukuran
koran.
Big book dapat
digunakan di kelas awal karena memiliki karakteristik yang sesuai dengan
kebutuhan siswa. Guru dapat memilih big book yang isi cerita dan topiknya
sesuai dengan minat siswa atau sesuai dengan tema pelajaran. Bahkan, guru dapat
membuat sendiri big book sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan siswa.
Big book digunakan oleh
guru saat ia sedang melakukan pemodelan membaca atau membaca bersama. Jenis
buku ini akan diminati siswa karena tampilannya menarik perhatian mereka.
Menurut Karges-Bone (1992) agar pembelajaran bahasa dapat lebih efektif dan
berhasil, sebuah big book sebaiknya memiliki ciri-ciri berikut ini.
·
Cerita singkat
(10-15 halaman).
·
Pola kalimat
jelas.
·
Gambar memiliki
makna.
·
Jenis dan ukuran
huruf jelas terbaca.
·
Jalan cerita mudah dipahami.
Beberapa halaman big
book memunculkan kata secara berulang untuk dipelajari siswa. Curtain dan
Dahlberg (2004) menyatakan bahwa big book memungkinkan siswa belajar membaca
melalui cara mengingat dan mengulang bacaan. Big book dapat berupa cerita
maupun informasi yang berisi pengetahuan maupun prosedur yang berkaitan dengan
kurikulum pendidikan.
D.
Siswa tunarungu
Murni Winarsih (2007:
23), menyatakan tunarungu adalah seseorang yang mengalami kekurangan atau
kehilangan kemampuan mendengar baik sebagian atau seluruhnya yang diakibatkan
oleh tidak fungsinya sebagian atau seluruh alat pendengaran, sehingga anak
tersebut tidak dapat menggunakan alat pendengarannya dalam kehidupan
sehari-hari. Hal tersebut berdampak terhadap kehidupannya secara kompleks
terutama pada kemampuan berbahasa sebagai alat komunikasi yang sangat penting.
Sedangkan Iwin Suwarman
(Edja Sadjaah. 2005: 75), pakar bidang medik, memiliki pandangan yang sama
bahwa anak tunarungu dikategorikan menjadi dua kelompok. Pertama Hard of
hearing adalah seseorang yang masih memiliki sisa pendengaran sedemikian rupa
sehingga masih cukup untuk digunakan sebagai alat penangkap proses mendengar
sebagai bekal primer penguasaan kemahiran bahasa dan komunikasi dengan yang
lain baik dengan maupun tanpa mengguanakan alat bantu dengar. Kedua The Deaf
adalah seseorang yang tidak memiliki indera dengar sedemikian rendah sehingga
tidak mampu berfungsi sebagi alat penguasaan bahasa dan komunikasi, baik dengan
ataupun tanpa menggunakan alat bantu dengar.
Dari pernyataan
tersebut siswa tunarungu dapat diartikan sebagai individu yang mengikuti
kegiatan pembelajaran di mana mengalami gangguan pendengaran karena kerusakan
fisik maupun saraf.
E.
Kemampuan
berbahasa tunarungu
Ketidak mampuan
mendengar siswa Tunarungu mengakibatkan mereka kesulitan memahami informasi
secara verbal sehingga mereka lebih memanfaatkn kemampuan visual mereka untuk
memahami informasi yang mereka peroleh. Dengan demikian secara kognitif mereka
tidak mengalami gangguan. Permasalahan utama tunarungu adalah aspek bahasa. McLean,
Wolery, dan Bailey (2004) mengemukakan bahwa kebanyakan anak- anak yang
mederita ketulian memerlukan banyak waktu dalam belajar berbicara. bagi
individu yang kehilangan pendengaran ringan atau sedang pengaruhnya mungkin
dapat diminimalisir sedemikian mungkin. Akan tetapi bagi yang ketuliannya
congengital atau berat, suara keras yang tidak mampu didengar meskipun telah
menggunakan alat dengar. Individu seperti ini tidak dapat memperoleh informasi
melalui suara, akan tetapi sebaiknya mereka belajar membaca bibir. suara yang
dikeluarkan oleh individu dengan ketunarunguan biasanya sering sulit untuk
dimengerti. anak - anak dengan ketunarunguan mempunyai masalah dalam membedakan
artikulasi, kualitas dan tekanan suara.
F. Kerangka Konsep
Kerangka konsep dari penelitian ini adalah :
METODE
PENELITIAN
a)
Jenis dan Rancangan penelitian
Berdasarkan
permasalahan yang diteliti yaitu “Pengaruh Penggunaan Big Book dalam Kegiatan Literasi
Terhadap Perkembangan Membaca Nyaring Siswa Tunarungu Kelas 3 SDLB Karya Mulia”,
maka peneliti memilih menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan
jenis penelitian pre-eksperimental. Melalui penelitian ini, peneliti hendak
mengungkapkan hubungan sebab-akibat dari pelibatan satu kelompok subjek saja
atau tanpa ada kontrolnya, peneliti menggunkan desain penelitian “one group pre-test post-test design”
(Sandjaja & Heriyanto, 2011 : 124). Pre-test (O1) dan post-test
(O2) yang diberikan untuk membandingkan keadaan sebelum diberikan
perlakuan dan sesudah diberikan perlakuan (X). Oleh karena itu hasil perlakuan
dapat diketahui lebih akuran karena dapat membandingkan keadaan sebelum
diberikan perlakuan.
O1 (Pre-test) = Pre-test dilakuakn sebelum diberikan perlakuan
guna mengetahui kemampuan awal siswa tunarungu pada keterampilan membacanya. Dengan
materi tentang kerukunan dan pengalaman dengan teman di sekolah maupun dirumah.
Pre-test diberikan satu kali dengancara memberikan test tulis, ter lisan dan
tes perbuatan pada siswa tunarunguyang berjumlah 8 orang dan dilaksanakan
selama 20 menit.
X (Perlakuan) = Perlakuan atau treatment
diberikan dengan menerapkan pendekatan pembelajran langsung dengan metode
demonstrasi yang diberikan sebanyak lima kali pertemuan. Perlakuan ini
dimaksudkan untuk meningkatkan keterampilan membaca nyaring dengan materi
tentang pada siswa tunarungu kelas 3 SD Karya Mulia Surabaya.
O2
(Post-test) = Post-test dilakuakan
sesudah diberikan perlakuan atau pada akhir pertemuan (pertemuanm ke enam).
Dilakukan satu kali, untuk mengetahui keterampilan mebaca nyaring dengan materi
tentang kerukunan dan pengalaman dengan teman di sekolah maupun dirumah.
Post-test yang diberikan yaitu berupa tes tulis, tes lisan, dan tes perbuatan,
yang dilaksanakan selama 20 menit. Hasil
pre-test dan post-test dianalisis dengan statistik non parametrik
b)
Lokasi Penelitian
Adapun
lokasi penelitian ini yaitu di SDLB Karya Mulia Surabaya
c)
Subyek Penelitian
Yang menjadi subjek
adalam penelitian ini adalah siswa tunarungu kelas 3 SDLB Karya Mulia Surabaya
yang berjumlah 8 siswa.
d)
Variabel dan definisi operasional
1.
Variabel
Variabel penelitian merupakan suatu atribut atau
sifat atau nilai dari obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan (Sugiyono,
2013 : 3). Pada penelitian ini digunakan 2 macam variabel, yaitu :
a.
Variabel Bebas
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi
atau yang menjadi sebab berubahnya atau timbulnya variabel dependen atau
variabel terikat (Sugiyono, 2014 : 4). Dalam penelitian ini variabel bebasnya
yaitu big book, karena big book akan memberikan pengaruh dan
menjadi penyebab timbulnya variabel terikat.
b.
Variabel Terikat
Variabel
terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena
adanya variabel bebas (Sugiyono, 2013 : 4). Dalam penelitian ini variabel
terikatnya yaitu perkembangan membaca nyaring, karena perkembangan membaca
nyaring yang akan diberi pengaruh dan menjadi aibat karena adanya variabel
bebas.
e)
Instrumen Penelitian
Penelitian ini menggunakan data berupa tabel
pengamatan, tes tulis, dan tabel penilaian, untuk tes tulis diberlakukan agar
siswa dapat memperoleh data kemampuan membaca nyaring siswa tunarungu yang
lebih valid. Jadi, instrumen yang digunakan pada penelitian ini antara lain :
1.
Lembar tabel
pengamatan
2.
Materi
pembelajaran
3.
Soal pre-test
dan post-test
4.
Kunci jawaban
soal pre-test dan post-test
5.
Lembar tabel
penilaian
f)
Teknik Pengumpulan Data
Bedasarkan Instrumen penelitian yang digunakan, maka
eknik pengumpulan data yang diginakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1.
Metode
Observasi/ Pengamatan
Observasi/ Pengamatan dalam penelitian ini dilakukan
untuk memperoleh informasi dan data yang
berkaitan dengan kemampuan membaca nyaring siswa tunarungu. Peneliti
menggunakan metode observasi partisispatif di mana peneliti berinteraksi secara
penuh dengan subyek penelitian saat proses pembelajaran. Hal tersebut dilakukan
bertujuan supaya dengan digunakannya metode observasi agar memperoleh data
aktual tentang pelaksanaan pembelajaran literasi menggunakan Big Book melalui lembar pengamatan.
2.
Metode Tes
Adapun tes yang digunakan dalam penelitian ini ada
dua, yaitu pre-test dan post test. Pre-test diberikan untuk mengetahui
kemampuan literasi sebelum digunakannya Big
Book dalam kegiatan pembelajaran literasi. Sedangkan post-test diberikan
untuk mengetahui kemampuan literasi sesudah digunakannya Big Book dalam
kegiatan pembelajaran literasi.
Bentuk soal pada pre-test dan post-test
sama yaitu berupa ter tulis, tes lisan, dan tes perbuatan. Materi yang
digunakan yaitu, kerukunan dan pengalaman dengan teman di sekolah maupun
dirumah.
g)
Teknik Analisis Data
Teknik analisis data, yaitu cara melaksanakan
analisis terhadap data, dengan mengolah data tersebut untuk menjawab rumusan
masalah yang telah dirumuskan sebelumnya. Analisa data berfungsi untuk
menyimpulkan hasil penelitian. Analisis data dapat dilakukan melalui tahap
berikut ini :
1.
Tahap Penelitian
a.
Perencanaan
Pada
tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1)
Peneliti
merancang kelas yang akan dijadikan sampel.
2)
Peneliti membuat
instrumen-instrumen penelitian yang akan digunakan untuk penelitian.
b.
Pelaksanaan
Pada
tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1)
Peneliti
melaksanakan pembelajaran pada sampel penelitian.
2)
Peneliti menguji
coba, menganalisis, dan menetapkan instrumen penelitian.
c.
Evaluasi
Peneliti
menganalisis dan mengolah data yang telah dikumpulkan dengan metode yang telah
ditentukan.
d.
Penyusunan
Laporan
Peneliti
menyususn dan melaporkan hasil-hasil penelitian.
h)
Uji Coba Instrumen
Sebelum soal tes
digunakan mengukur peserta didik pada kelas sampel, soal tes terlebih dahulu
diujicobakan. Uji coba tersebut dimaksudkan untuk mengetahui validitas,
realibilitas, tingkat kesukaran dan daya beda pada butir soal. Dari hasil uji
coba tersebut, maka dipilih soal yang akan digunakan untuk mengukur tingkat
pemahaman siswa tunarungu pada materi Big Book Tentang Kerukunan dan pengalaman
bersama teman di sekolah maupun di rumah.
1)
Uji Validitas
Validitas
adalah ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu
instrumen. Sebuah tes dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang hendak
diukur. Dapat digunakan rumus :
Product Moment
Keterangan
:
rxy = koefisien korelasi
item soal
N = banyaknya peserta tes
X = jumlah skor item
Y = jumlah skor total
Kriteria
:
0,00
< rxy < 0,20 sangat rendah
0,20
< rxy < 0,40 rendah
0,40
< rxy < 0,60 cukup
0,60
< rxy < 0,80 tinggi
0,80
< rxy < 1,00 sangat tinggi
Rujukan : https://yuliyatiunesa.wordpress.com/
DAFTAR PUSTAKA
Somantri, Sutjihati. 2007. Psikologi
Anak Luar Biasa. Bandung: PT. Refika
Aditama
Pangesti Wiedarti, Kisyani Laksono,
Sofie Dewayani, dkk. Desain Induk Gerakan
Literasi Sekolah. 2016.
Jakarta : Dirjen Dikdasmen Kemendikbud
E-book USAID PRIORITAS. Materi Untuk
Sekolah Praktik yang Baik SD/MI
(2014)
Sri Wahyu Ningsih, R. Achmad Yusuf, Rika
Rismayati. Panduan Gerakan Literasi
Sekolah Di Sekolah Luar Biasa. 2016. Jakarta :
Dirjen Dikdasmen Kemendikbud.
Dewi Utama Faizah, Susanti Sufyadi, dkk.
Panduan Gerakan Literasi Sekolah Di
Sekolah Dasar. 2016.
Jakarta : Dirjen Dikdasmen Kemendikbud.
Arikunto, Suharsimi . 2013 Prosedur
Penelitian . Yogyakarta. Rineka Cipta
Sarwono, Jonathan,.2006. Metode
Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta: Penerbit Graha Ilmu
Rujukan : https://yuliyatiunesa.wordpress.com/